Makna Dibalik Lagu Lebaran

Editor: UKM KOMMUST | 23/06/2019 16:05 WIB

Salam harmoni! Bagaimana lebaran kalian tahun ini? Wah pasti seru ya berkumpul dengan sanak famili, merasakan masakan khas lebaran ketupat, opor ayam, dan nggak lupa juga kalian yang masih muda pasti mendapat THR hehe

Buat kalian yang mudik, atau bahkan yang hanya explore di media sosial pasti bakal di temenin sama lagu-lagu bertemakan Idul Fitri. Nah disini mimin bakalan kasih tau apasih maksud dari lagu yang sering dilantunkan di hari kemenangan ini.. Yuk di simak!

1. Idul Fitri – Sabyan

Lagu ini menjadi single terbaru grup music Sabyan Gambus yang dirilis tepat hari lebaran 1440 Hijriyah di kanal Youtube dan sekarang sudah mencapai 6 juta penonton. Lagu Idul Fitri menggambarkan kebahagiaan menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri, yang tinggal menghitung hari. Lagu ini juga menjadi salah satu lagu dalam album Bismillah yang akan segera dirilis.

Dalam lagu tersebut, lirik pertama bersuarakan takbir “Allahuakabar”, dimana makna Allahuakbar ini sangat luas dan dalam yaitu tentang cinta dan keimanan kita kepada Allah SWT. Kalau ditelisik lagi, lirik ini bertajukan takbir ketika menyambut hari lebaran yang mana berbunyi Laa ilaha illa Allahu Wallahu Akbar Allahuakbar Walillahilham.

Di lagu ini, terdapat makna puasa yaitu menahan lapar dahaga, nafsu dan juga amarah selama sebulan lamanya di bulan Ramadhan dimana bulan penuh sukacita bagi seorang muslim untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT demi mengharap ridhonya.

Selanjutnya, definisi hari idul fitri adalah hari kemenangan dimana kita telah usai menjalankan puasa Ramadhan 30 hari dan menang dari ujian menahan segala ujian.. Biasanya di hari lebaran kebanyakan berkumpul dengan keluarga besar, lalu saling berjabat tangan, bermaaf-maafan atas kesalahan atau kekhilafan yang sudah terjadi. Sering kali orang saling bermaafan dengan mengucap “Minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir dan bathin”..

Mimin jadi pengen ikutan ngucapin gitu deh, Minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir dan bathin semuanya. Semoga kita termasuk orang yang tidak merugi ketika bulan Ramadhan ya. Sampai bertemu di bulan Ramadhan selanjutnya!

2. Selamat Hari Lebaran – Ismail Marzuki

Lagu bernafaskan lebaran memang banyak dijumpai di Indonesia. Salah satu lagu yang legend banget dan nggak bisa lepas dari momentum hari raya adalah lagu milik Ismail Marzuki yang berjudul Selamat Hari Lebaran. lagu yang terdengar sederhana dan earcatchy ini pertama kali direkam pada tahun 1954. Pertama dinyanyikan oleh grup vokal yang bernama Lima Seirama di Radio Republik Indonesia (RRI) dan kemudian dinyanyikan oleh Didi & Kwartet Mascan. Lagu Selamat Hari Lebaran langsung dikenal oleh publik setelah kemunculannya. Dan, Indonesia pantas berbangga hati karena pada tahun 1977, P.Ramlee yang merupakan maestro besar Malaysia menyanyikan ulang lagu ini. Keren banget ga tuh. Sedangkan pada tahun 90-an, musisi Indonesia juga banyak menyanyikan lagu ini seperti Gita Gutawa, Ungu, Gigi, Sentimental Moods sampai Derehida.

pada bait pertama yang berbunyi “Setelah berpuasa satu bulan lamanya, berzakat fitrah menurut perintah agama, kini kita beridul fitri berbahagia, mari kita berlebaran bersuka gembira….” menggambarkan bagaimana suka cita idul fitri setelah sebulan kita puasa dan juga menunaikan salah satu rukun islam, yaitu zakat.

Selain menggambarkan suasana bahagia idul fitri, lagu yang melegenda ini mengandung sindiran sosial seperti dalam lirik “Cara orang kota berlebaran lain lagi, kesempatan ini dipakai buat berjudi…” sang penulis lagu menyindir kebiasaan masyarakat kota saat hari lebaran yang seringkali mengenggunakan momen tersebut untuk berjudi dan mabuk-mabukan.

Ismail marzuki juga menyindir pemerintah, terutama dalam lirik “Selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamin” di mana hal tersebut berbanding terbalik dengan keadaan masyarakat Indonesia saat itu masih jauh dari kata makmur. Bukan hanya itu saja loh, Ismail marzuki juga mengakhiri lagu ini dengan kalimat “korupsi jangan kerjain”. Wahh ini tandanya korupsi udah marak dari masa masa awal kemerdekaan indonesia ya guys.

Oh iya, lagu ini juga mempopulerkan ucapan “minal aidin wal faizin” yang seharusnya memiliki arti “semoga kita termasuk golongan yang kembali mendapat kemenangan” sering disalah artikan oleh masyarakat Indonesia sebagai kalimat permintaan maaf. Banyak dari masyarakat Indonesia menganggap dua kalimat tersebut memiliki arti yang sama. Padahal penggabungan kalimat tersebut hanya untuk mendapatkan rima yang sama.

Nah….itu dia ulasan makna lagu Selamat Hari Lebaran yang ternyata mengandung makna yang deep banget ya guys.

3. Lebaran – Oslan Husain

Lagu “Lebaran” diperkenalkan Oslan Husein. Mantan pengamen Padang yang berkawan dengan bapaknya Indra Lesmana. Lagu Lebaran direkam pada 1960-an dalam album Hanya Ada Satu. Dinyanyikan Oslan Husein bersama Orkes Widjaja Kusuma pimpinan M. Jusuf.

Di sampul album tersebut, Sjaiful Nawas seorang wartawan yang juga vokalis Orkes Gumarang–grup musik papan atas masa itu, menulis endorsmen:

“Kini kita singgung tentang sjair lagu “LEBARAN”. Tiada manusia jang tidak punja kekurangan, tiada insan di dunia ini jang sempurna, mestilah ada jang berbuat chilaf, berbuat kesalahan. Dan sudah semestinja kesalahan itu dapat dimaafkan, maka hari lebaran itulah saat jang tepat untuk bermaaf-maafan kembali. Memang OSLAN HUSEIN kali ini berhasil mendjiwai lagu-lagu yang menyinggung segi kehidupan rakjat dan keburuhannya sehari-hari. Orkes “WIDJAJAKUSUMA” telah berhasil pula menonjolkan suara OSLAN dan dengan ini kami dapat memastikan bahwa lagu-lagu tersebut diatas akan mendapat sambutan hangat dari penggemar musik hiburan kita.”

Lagu itu panjang umur. Terus dinyanyikan dari masa ke masa. Tiap lebaran diputar di radio-pun-televisi.

Dea Ananda, tahun 1990-an sewaktu masih jadi penyanyi anak, turut mempopulerkan lagu tersebut. Dibawakan dengan irama ceria khas anak-anak. Dan tempo hari, lagu Lebaran ala Oslan Husein ini dinyanyikan lagi oleh grup band Gigi yang digawangi Arman Maulana dan Dewa Bujana cs.

Selamat hari lebaran/minal aidin wal faidzin…mari bersalam-salaman/saling memaaf-maafkan…

Redio 1950 hingga 1960-an, panggung musik Indonesia ditingkahi warna suara Oslan Husein yang jenaka. Dia pengisi tetap program musik di Radio Republik Indonesia (RRI)–yang sulit ditembus semasa itu. Lagu-lagunya membumi.

Pengamen Padang

Oslan merantau ke Jakarta pada 1950. Usianya belum genap 20 tahun. Sebelumnya, dia mengamen di Pasar Malam, Padang.

Oslan menyanyikan ayat-ayat Al-Quran dengan gayanya yang khas. Banyak yang suka. Uang berdatangan. Oslan mulai berpikir menyanyi bisa menghasilkan uang. Dia pun pergi mengadu nasib ke Jakarta, ibukota Indonesia.

Sebelumnya lagi, anak muda kelahiran Padang, 8 April 1931 ini ikut berjibaku dalam kesatuan tentara pelajar semasa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia (1945-1949).

Nama Oslan ada disebut Awaloeddin Djamin dalam buku Bunga Rampai Peran Pelajar Pejuang di Sumatera Tengah Selama Perang Kemerdekaan.

Dia satu di antara lakon. Jadi, di sela-sela kecamuk perang, entah itu ketika mandi di batang air, berehat di lembah, lereng bukit dan sebagainya, Oslan yang periang senantiasa bernyanyi. Menghibur dan membangkitkan semangat kawan-kawannya.

Penulis: Humas 2019