Tursina Explore #10 Goes to Siberut

Pengaruh Modernisasi Terhadap Eksistensi Sikerei

Tursina Explore (TE) merupakan kegiatan penjelajahan dengan bentuk kegiatan ilmiah serta pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) MAPALA Tursina UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan tujuan membentuk sumber daya yang unggul dalam bidang teori maupun praktis hingga dirasakan manfaatnya dalam kehidupan bermasyarakat serta menumbuhkan rasa cinta tanah air. Senin, 20 Desember 2022, Tim Atlet TE #10 berangkat menuju pulau Siberut tepatnya di Desa Maileppet, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat untuk melakukan penelitian.

Tim Atlet yang terdiri dari 13 Anggota Biasa MAPALA Tursina melakukan penelitian di Desa Maileppet dalam kurun waktu 12 hari. Tidak hanya melakukan penelitian melalui wawancara pihak-pihak terkait, tim atlet juga melaksanakan pengabdian masyarakat dan sosilogi pedesaan dengan tersebar di setiap rumah warga dan hidup berbaur dengan masyarakat setempat. Dari sekian banyaknya adat dan budaya di Mentawai seperti tato tertua di dunia, gigi runcing, rumah adat, pakaian adat dan lain-lain, populasi sikerei di desa Maileppet-lah yang menarik rasa ingin tahu dari tim atlet untuk meneliti pengaruh modernisasi terhadap eksistensi sikerei.

Laurensius Satairarak (44) Kepala Dusun Pasakiat menjelasakan, “Sikerei itu seorang dokter yang bisa mengobati, bisa menyembuhkan penyakit dalam, dan penyakit yang disebabkan oleh roh halus, sikerei juga bisa melihat, mendengarkan dan merasakan roh halus”. Sikerei atau tabib tradisional di Desa Maileppet tidak hanya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit medis ringan tetapi juga dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh pengaruh roh halus. Tidak hanya sebagai tabib, sikerei juga merupakan pemangku adat yang sampai saat ini masih sangat dipercaya oleh masyarakat setempat baik dalam hal menyembuhkan penyakit atau sebagai penyambung komunikasi masyarakat biasa dengan roh halus atau roh leluhur.

Di tengah perkembangan modernisasi medis pada saat ini, kepercayaan masyarakat terhadap sikerei masih tetap terjaga, masyarakat memilah kasus penyakit terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk berobat ke medis atau ke sikerei berdasarkan penyakit yang dialami. Keunikan sikerei di desa ini yang menjadi salah satu alasan penelitian tim atlet adalah sikerei bisa berinteraksi dengan roh leluhur, disamping itu pemilihan sikerei juga dipilih langsung oleh leluhur kepada keturunan sikerei dengan tanda-tanda tertentu, sehingga orang biasa yang mampu untuk mengobati tidak bisa menjadi sikerei.

Saat ini populasi sikerei di desa Maileppet hanya ada 2 orang saja yang telah memasuki usia paruh baya. Untuk menjadi sikerei terdapat banyak tahapan dan pantangan yang harus dipenuhi dan ditinggalkan, dan ketika pantangan tersebut dilanggar baik secara sengaja atau tidak, sikerei tersebut akan mendapatkan karma bahkan bisa berujung pada kematian. “Sikerei banyak yang meninggal karena tidak tahu pantangannya, lupa dan melanggar pantangannya”, ujar Olamonoto (78) Sikerei Desa Maileppet.

Meskipun jumlah sikerei di Desa Maileppet terbilang paling sedikit daripada di desa lain, kelestarian sikerei tidak dikhawatirkan karena disamping masyarakat yang masih sangat menjaga serta mempercayai sikerei, kelestarian sikerei juga tutut dijaga oleh roh leluhur dan generasi penerus sikerei akan tetap ada berdasarkan petunjuk dan pilihan dari roh leluhur. Harapan dari tim peneliti adalah ketika ada seseorang yang terpilih menjadi sikerei diberikan dukungan penuh dari keluarga, kerabat, masyarakat atau bahkan dari pihak pemerintah baik dari segi finansial atau dukungan moral lainnya untuk ikut serta membantu menjaga kelestarian sikerei di desa Maileppet. “Jangan pernah lupakan budaya kita sendiri, karena budaya itu jati diri kita” pesan M. Khorirul Rizal/Lele (21) salah satu tim atlet TE #10 MAPALA Tursina.

Redaksi : Intan Puspita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *